Yogyakarta: Melestarikan warisan budaya Yogyakarta, Gusti Kanjeng Bendoro Raden Ayu Adipati (GKBRAA) Paku Alam X memperkenalkan motif batik Pura Pakualaman yang tertuang dalam Buku Batik Pakualaman. Buku ini berisi jejak sejarah perkembangan batik di Pura Pakualaman yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari batik gagrag Ngayogyakarta. Peluncuran dan pengenalan buku Batik Pakualaman di Kepatihan Pakualaman Yogyakarta, Kamis (4/7/2024), dihadiri stakeholder terkait dan undangan kehormatan.
Istri Wakil Gubernur (Wagub) DIY sekaligus Permaisuri Adipati Pakualaman KGPAA Paku Alam X, GKBRAA Paku Alam mengatakan, ide dan gagasan menghadirkan buku tentang Batik Pakualaman ini muncul dan direalisasikan pada tahun 2010. Batik Pakualaman menjadi khas karena pernah bersentuhan dengan gagrak Surakarta dan sejak Tahun 2011 mendapatkan pengayaan motif-motif baru, hasil interpretasi terhadap iluminasi dan ilustrasi naskah-naskah kuno koleksi Perpustakaan Widyapustaka Kadipaten Pakualaman.
“Saat ini Batik Pakualaman telah tercipta sebanyak 122 motif batik. Semua motif batik tersebut dituang ke dalam buku Batik Pakualaman,” kata Gusti Putri, dikutip Selasa (9/7/2024).
Salah satu motif batik yang tertuang di Buku Batik Pakualaman adalah Batik Renggan dan motif Sestra Lukita. Dimana salah satu batik yang diperlihatkan pada pengenalan buku Batik Pakualaman itu juga dikenakan oleh keluarga besar Paku Alam pada saat menghadiri acara-acara tertentu
“Buku ini berawal dari pandangan mata saya terhadap iluminasi gambar naskah kuno yang memiliki filosofi yang sangat luar biasa. Sehingga membuat hati saya tergerak untuk membuat Batik Pakualaman,” ucap Gusti Putri.
Motif batik yang dijabarkan dalam buku tersebut antara lain, Batik Parang Turun/Tumurun, Batik Surya Mulyarja Sudarma Palupi, Batik Renggan dan motif Asthabrata Jangkep, Batik Brama Sembada, serta Batik Renggan dan motif Sestra Lukita.
Gusti Putri mengharapkan, hadirnya buku ini masyarakat nantinya yang mengenakan kain batik dengan motif tertentu termotivasi untuk meneladani piwulang tersirat yang terkandung dalam motif tersebut.
“Semoga filosofi yang tertuang di setiap motif batik ini bisa diterima oleh masyarakat luas. Sehingga apa yang ingin disampaikan oleh leluhur Kadipaten Pakualaman dalam menulis naskah tersebut dapat tersampaikan di masyarakat,” ujar Gusti Putri.
Staf Ahli Bidang Pemerintahan Dan Kesejahteraan Rakyat Wirawan Hario Yudo seusai pengenalan buku Batik Pakualaman mengungkapkan, buku yang berisi motif batik khas Kadipaten Pakualaman tersebut sangat luar biasa. Selain dapat memahami filosofi yang ada di dalam motif batik tersebut, kesempatan ini juga menjadi peristiwa pelestarian budaya lewat kain batik naskah.
“Ini sesuatu yang luar, bisa menyaksikan sebuah peristiwa dimana nilai kultur yang dilakukan GKBRAA Paku Alam X dalam rangka menggali kembali ilustrasi dalam batik yang ada di dalam naskah kuno Pakualaman, sudah bisa diekspresikan dalam corak batik,” kata Hario Yudo.
Hario Yudo juga berharap, batik semakin menyatu dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, dan motif-motif Batik Pakualaman ini terus dilestarikan dan dikembangkan, agar nantinya apa yang menjadi usaha para leluhur terdahulu tidak terkikis oleh perkembangan zaman. Harapannya, ini bisa dilestarikan, sehingga merambah ke semua masyarakat, agar mereka tahu bahwa batik Pakualaman ini memiliki corak yang sangat luar biasa.